Waduh! Bos Bank Dunia Lihat Risiko Stagflasi Bakal Berkepanjangan, Kok Bisa?

California: Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan diperlukan waktu bertahun-tahun bagi produksi energi global untuk melakukan diversifikasi dari Rusia setelah invasinya ke Ukraina. Kondisi itu pun akhirnya memperpanjang risiko stagflasi atau periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi.
 
Dalam pidatonya di Universitas Stanford, Malpass mengatakan, ada kemungkinan peningkatan resesi di ekonomi Eropa. Sementara pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat tajam dan produksi ekonomi Amerika Serikat (AS) telah berkontraksi pada paruh pertama tahun ini.
 
“Perkembangan tersebut akan memiliki konsekuensi serius bagi negara-negara berkembang,” kata Malpass, mengutip apa yang disebutnya sebagai tantangan konsekuensial dan memburuk yang dihadapi pembangunan, dilansir dari The Business Times, Minggu, 9 Oktober 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia menambahkan mengatasi badai sempurna saat ini dari kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan pertumbuhan yang melambat memerlukan pendekatan makro dan mikro ekonomi baru. Hal itu, lanjutnya, termasuk pengeluaran yang ditargetkan lebih baik dan upaya yang disampaikan dengan jelas untuk meningkatkan pasokan.

Malpass mengatakan laporan Kemiskinan dan Kemakmuran Bersama dari Bank Dunia yang akan datang menunjukkan bahwa kemajuan beberapa dekade dalam mengurangi kemiskinan telah melambat pada 2015, bahkan sebelum pandemi covid-19, yang mengirim 70 juta orang tambahan ke dalam kemiskinan ekstrem.
 
“Laporan itu, yang akan keluar, juga menunjukkan penurunan empat persen dalam pendapatan median global, penurunan pertama sejak Bank Dunia mulai mengukur indikator itu pada 1990,” tuturnya.
 
Ia menyatakan dunia berkembang menghadapi prospek jangka pendek yang sangat menantang yang dibentuk oleh harga pupuk dan energi yang meningkat tajam, kenaikan suku bunga dan selisih kredit, depresiasi mata uang, dan arus keluar modal.
 
“Bahaya yang mendesak bagi negara berkembang adalah bahwa perlambatan tajam dalam pertumbuhan global semakin dalam ke dalam resesi global,” pungkasnya.
 

(ABD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *