Laporan: M Danial/Editor: Sulaeman Rahman
LOKASINYA dikelilingi pepohonan yang alami. Pemandangan di sekitarnya memanjakan mata. Berjarak 200-an meter dari permukiman warga Dusun Jati, Desa Pendulangan, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Jalanan ke sana pun sudah rabat beton. Bunyi gemericik air terdengar dari kejauhan, menjadi daya tarik tersendiri untuk segera menjejak lokasi yang dikenal dengan sebutan Suppuang Bau.
Nama itu memang belum populer sebagai lokasi air terjun, sebagaimana beberapa objek wisata lain di Polewali Mandar.
Terbatas diketahui oleh warga setempat, atau warga luar yang pernah berkunjung ke desa yang berjarak cukup jauh dari pusat kecamatan di Limboro.
Dari Limboro ke Pendulangan bisa melalui beberapa jalan alternatif. Selain melalui Desa Todang-Todang, yang masih wilayah Kecamatan Limboro, jalur lain melalui Desa Luyo, Kecamatan Luyo.
Sedangkan dari Limboro ke Luyo, harus melalui jalan Trans Sulawesi di wilayah Kecamatan Tinambung, Balanipa, dan Campalagian. Kondisi jalan ke Pendulangan tidak sulit dilalui kendaraan bermotor, roda dua maupun roda empat.
Suppuang Bau memiliki daya tarik tersendiri sebagai obyek wisata. Selain alamnya yang asri, juga air terjun yang jatuh dari ketinggian sekira tujuh meter.
Warga setempat, terutama para remaja menjadikan tempat menikmati guyuran air terjun sambil berendam.
Pengunjung dapat juga adu nyali meniti di sela-sela tebing yang licin di sisi kiri air terjun. Berendam dalam genangan sebatas dada orang dewasa.
Sedangkan di sisi kanan, genangan yang kedalamannya mencapai dua meter cukup memadai bagi pengunjung yang gemar berenang menyaluran hobbinya.
Berada di Suppuang Bau pada pagi hari, pengunjung hanya menikmati kesejukan air terjun.
Pada sore hari, dapat juga menyaksikan sorotan sinar matahari dari sela-sela pepohonan yang terpantul di tebing yang dilalui air terjun.
“Suasana pada sore hari beda dengan pagi hari. Apa yang membedakan, datanglah ke Suppuang Bau, supaya merasakan sendiri,” ujar Ahmad, tokoh pemuda Pendulangan, bernada promosi.
Suasana berbeda di Suppuang Bau yang dikatakan Ahmad, dibenarkan Masrun, staf kantor Camat Limboro. Masrun mengaku sudah beberapa kali berkunjung pada waktu berbeda. Pada pagi dan sore hari.
Suasananya memang beda. Datang pada pagi hari sampai menjelang siang, hanya menikmati kesejukan dan kesegaran air terjun.
“Kalau pada sore hari, kita sekaligus menyaksikan sorotan sinar matahari sore yang terpantul di tebing-tebing yang dilalui air terjun,” cerita mantan Ketua PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) pada Pilkada dan Pemilu di Kecamatan Limboro itu.
Semasa menjadi penyelenggara pemilu, Masrun dan beberapa temannya mengenal Suppuang Bau lebih dekat.
***
NAMA lokasi air terjun Suppuang Bau, menurut Ahmad, memiliki arti yang bermakna filosofi.
Terdiri atas dua suku kata bahasa Mandar. Suppuang berasal dari kata dasar Suppua, yang bisa diartikan terdesak atau terhimpit.
Sedangkan Bau berarti ikan, yang diartikan ikan air tawar. Ahmad mengatakan, nama Suppuang Bau terkait erat dengan kebiasaan warga setempat berburu ikan air tawar di kali kecil yang mengalir ke hilir di lokasi tersebut.
Ikan-ikan buruan terjebak atau terhimpit di tempat jatuhnya air terjun, akhirnya akan tertangkap ketika kesulitan melompat ke atas karena tertindih air terjun.
“Jadi, Suppuang Bau secara kasar bisa diartikan ikan terhimpit” ujar Ahmad, mengutip keterangan dari para orang tua setempat mengenai asal mula nama lokasi air terjun tersebut.
Air terjun Suppuang Bau sebagai potensi wisata yang tersembunyi di Pendulangan, akan lebih menarik andai pengunjung bisa sekaligus merasakan sensasi berburu ikan air tawar di lokasi tersebut. (*)