Konflik Rusia-Ukraina Angkat Minyak ke Harga Tertinggi dalam 7 Tahun

Harga minyak dunia menguat ke level tertinggi dalam 7 tahun belakangan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Jakarta – Harga minyak naik 3 persen pada perdagangan Jumat (11/2) waktu AS atau Sabtu (12/2)  pagi WIB ke level tertinggi baru dalam tujuh tahun belakangan ini.Mengutip Antara, Senin (14/2) ini, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman April menguat US$3,03 atau 3,3 persen ke level US$94,44 per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret melonjak US$3,22 atau 3,6 persen ke US$93,10 per barel.

Kedua harga acuan tersebut menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014, melampaui rekor tertinggi yang dicapai pada Senin (7/2) lalu. Kedua harga itu juga membukukan kenaikan delapan minggu berturut-turut.

Analis menyebut kenaikan minyak ditopang oleh ketegangan geopolitik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.  AS menyebut Rusia telah mengumpulkan cukup banyak pasukan di dekat Ukraina untuk melancarkan invasi besar.

Karena itulah AS mendesak semua warganya  untuk meninggalkan Ukraina dalam waktu 48 jam. Tak hanya AS, imbauan sama juga dikeluarkan Inggris.

Mereka menyarankan warganya untuk meninggalkan Ukraina. Analis menyebut posisi Rusia sebagai salah satu produsen energi utama dunia membuat pasar khawatir ketegangan itu akan mengganggu pasokan sehingga membuat harga minyak melonjak.

[Gambas:Video CNN]

“Jika invasi terjadi dan Anda tahu akan ada sanksi pembalasan yang akan mengakibatkan gangguan pada pasokan gas alam dan minyak. Itu membuat harganya naik,” Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Selain ketegangan itu, minyak juga tertopang harapan pasar atas pemulihan permintaan dari pandemi virus corona. Harapan muncul setelah Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan perkiraan permintaan global 2022 meningkat 3,2 juta barel per hari (bph) ke rekor sepanjang masa 100,6 juta barel per hari.

Laporan pengawas energi itu dibuat seiring ramalan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada awal pekan ini yang menyebut permintaan minyak dunia bisa  meningkat lebih tajam tahun ini karena pemulihan ekonomi pascapandemi yang kuat.

(antara/agt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *