Meski menguat, harga minyak sejatinya membukukan penurunan mingguan tertajam sejak November. Analis menyebut kondisi itu terjadi karena para pedagang memperkirakan ada prospek perbaikan pasokan minyak usai dua minggu belakangan ini terganggu invasi Rusia ke Ukraina.
Harga Brent naik ke level US$139,13 pada Senin (7/3/2022). Sementara minyak mentah AS naik ke US$130,50 pada hari yang sama.
Kedua kontrak minyak itu menyentuh puncak harga ini sejak 2008. Lonjak harga minyak terjadi sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Namun belakangan ini, harga minyak mulai beringsut turun.Minggu kemarin, minyak Brent turun 4,8 persen dan minyak mentah AS turun 5,7 persen. Penurunan salah satunya dipicu permintaan pejabat pemerintah AS kepada produsen domestik dan global untuk meningkatkan produksi guna meningkatkan pasokan minyak sehingga penguatan yang dipicu oleh konflik Rusia-Ukraina bisa dibendung.
Setelah perintah dikeluarkan, pasar minyak mulai mengalihkan perhatian mereka ke kebijakan Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Apalagi, keduanya telah mengindikasikan pasar akan kelebihan pasokan tahun ini.
Data rig AS dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co menunjukkan pengebor menambahkan 13 rig minyak dan gas alam, sehingga totalnya menjadi 663 rig. Peningkatan pasokan itu merupakan yang kesembilan dalam 10 minggu.
Meski demikian upaya itu masih menghadapi tantangan besar. Analis UBS Giovanny Staunovo mengatakan pasar masih melacak dan mencermati data ekspor Rusia yang terganggu akibat konflik mereka dengan Ukraina.
“Pembicaraan Iran yang tertunda juga menjadi salah satu faktor pendukung pasar. Pelaku pasar sekarang akan melacak dengan cermat data ekspor Rusia untuk mengetahui berapa banyak (pasokan) yang terganggu,” katanya.
Selain itu, konflik Ukraina dan Rusia yang belum juga usai masih berpotensi mendongkrak harga minyak.
Sumber: CNNI