Jerman Bunyikan Genderang Perang Lawan Krisis Energi

Berlin: Kanselir Olaf Scholz mengumumkan Jerman memasang payung pertahanan hingga 200 miliar euro atau setara USD196 miliar untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi. Dalam hal ini, dana Stabilisasi Ekonomi (WSF) yang dibentuk selama pandemi covid-19 pada 2020 akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara.
 

Dengan peluncuran kembali dana tersebut, Jerman juga bereaksi terhadap situasi pasokan gas yang berubah dengan Rusia, setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 1 dan 2 menyebabkan jeda aliran yang tidak terbatas.
 

“Kami sangat siap untuk situasi ini,” kata Scholz, dilansir dari Antara, Jumat, 30 September 2022.







Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?




Lebih lanjut, ia memperkirakan tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa mendatang. Sedangkan Jerman telah secara aktif mencari mitra dagang baru dan memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina.
 

Sebanyak dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman yang tersisa masih dapat dioperasikan pada kuartal pertama 2023, meskipun ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini. Sedangkan harga listrik dan gas harus dibatasi, untuk meringankan beban konsumen dan perekonomian.

Sebelum krisis energi, pemerintah sudah memberikan paket bantuan inflasi senilai 95 miliar euro. Juga pada Kamis waktu setempat, otoritas statistik Jerman mengumumkan inflasi telah melonjak ke rekor baru 10 persen pada September. Menurut angka awal oleh Kantor Statistik Federal, harga energi naik sangat tajam, sebesar 43,9 persen tahun-ke-tahun.
 

Scholz mengatakan pungutan gas yang banyak dikritik, yang akan memungkinkan perusahaan utilitas untuk membebankan biaya energi yang tinggi kepada konsumen, sekarang tidak akan diperkenalkan. Sebaliknya, perusahaan akan menerima dukungan secara langsung, untuk menghindari beban keuangan tambahan pada warga.
 

Tepat sebelum Scholz mengumumkan dana stabilisasi, lembaga ekonomi terkemuka Jerman memangkas perkiraan mereka untuk 2023. Mereka sekarang memperkirakan resesi 0,4 persen, bukannya pertumbuhan 3,1 persen yang diperkirakan sebelumnya.
 

“Revisi ini terutama mencerminkan tingkat krisis energi,” kata RWI Leibniz Institute for Economic Research, Halle Institute for Economic Research (IWH), Kiel Institute for the World Economy, dan ifo Institute dalam perkiraan musim gugur bersama mereka.

 
“Meskipun situasi diperkirakan agak mereda dalam jangka menengah, harga gas kemungkinan akan tetap jauh di atas tingkat sebelum krisis,” kata lembaga itu, memperingatkan ini akan berarti hilangnya kemakmuran permanen bagi Jerman.
 
Namun, Menteri Keuangan Christian Lindner menyatakan keyakinannya bahwa langkah-langkah stabilisasi pemerintah akan membantu melindungi kemakmuran Jerman. “Kami kuat secara ekonomi dan kami akan memobilisasi kekuatan ekonomi ini jika perlu,” pungkasnya.
 

(ABD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *