180 Orang Masih Dirawat usai Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang

Malang: Sebanyak 180 orang masih dirawat usai kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tadi malam. Kerusuhan ini menewaskan sebanyak 127 orang usai pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
 
“Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkistis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan,” kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022, 
 
Kerusuhan terjadi usai Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3. Kekalahan itu merupakan yang pertama bagi Arema FC sejak 23 tahun terakhir.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Nico mengatakan, dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. Sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Sementara, sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat.
 
Sesungguhnya, lanjutnya, pertandingan di Stadion Kanjuruhan tersebut berjalan dengan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial. Hal itu yang disinyalir sebagai biang kerusuhan.
 
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata untuk menghentikan kerusuhan.
 
Baca: Tragedi! 127 Orang Meninggal dalam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
 
Menurutnya, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
 
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” katanya.
 

(UWA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *