Mahsa Amini, 22, dinyatakan meninggal dunia pada 16 September setelah dirinya ditahan polisi moral Iran atas tuduhan melanggar aturan memakai hijab di ruang publik. Kematiannya memicu gelombang unjuk rasa terbesar di Iran dalam tiga tahun terakhir.
Khamenei mendeskripsikan kematian Mahsa Amini sebagai “sebuah insiden menyedihkan” yang telah “membuat kita semua patah hati.”
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kendati begitu, ia mengecam gelombang aksi protes yang telah menewaskan puluhan orang ini sebagai plot kekuatan asing dalam upaya menggoyang stabilitas Iran. Kecaman Khamenei sejalan dengan beberapa pernyataan yang telah dikeluarkan Pemerintah Iran di bawah Presiden Ebrahim Raisi.
“Kerusuhan ini sudah direncanakan,” kata Khamenei kepada sekelompok calon polisi di Teheran.
“Saya mengatakan dengan jelas bahwa kerusuhan ini didesain oleh Amerika dan rezim Zionis beserta para pegawai mereka,” sambungnya, dikutip dari laman Irish Examiner, Senin, 3 Oktober 2022.
Menurutnya, kekacauan dalam aksi protes Mahsa Amini “abnormal” dan “tidak alami.”
Baca: Grup HAM Iran: 92 Orang Tewas dalam Aksi Protes Mahsa Amini
Pernyataan terbaru Khamenei disampaikan di saat demonstrasi mengecam kematian Mahsa Amini di Iran telah memasuki pekan ketiga. Unjuk rasa terus berlanjut meski Pemerintah Iran bertindak represif dalam menghadapi para pedemo.
Otoritas Iran telah berulang kali menyalahkan kekuatan asing dan grup oposisi terasing yang sengaja memperkeruh gelombang unjuk rasa. Namun, tuduhan tersebut tidak disertai bukti.
Aksi protes mengecam kematian Mahsa Amini terjadi di saat Iran menghadapi masalah lonjakan harga, pengangguran, pembatasan sosial dan represi politik.
Demonstrasi terus berlanjut di Teheran dan sejumlah provinsi yang jauh dari ibu kota meski pemerintah telah membatasi akses internet dan memblokir sejumlah media sosial.
(WIL)