Tragedi Kanjuruhan, Ahli K3 UI Menekankan Pentingnya Crowd Safety Management dalam Event Besar

Jakarta: Ratusan suporter meninggal usai laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, lantaran tembakan gas air mata dari aparat keamanan. Kejadian ini menyisakan perhatian terhadap masih lemahnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (budaya K3) di Indonesia.
 
Ahli K3 dari Universitas Indonesia (UI) menekankan pentingnya Crowd Safety Management. K3 merupakan serangkaian upaya guna memastikan kelancaran suatu kegiatan dalam kondisi aman, sehat, dan selamat.
 
“Crowd safety adalah bagian dari K3, harus menjadi perhatian pemerintah setempat dalam memberikan perizinan untuk suatu event,” kata Ketua Departemen K3 FKM UI Mila Tejamaya dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 Oktober 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Mila menuturkan berbagai potensi bahaya dan risiko yang dapat menimbulkan kerugian harus diidentifikasi, dikendalikan, dan dikomunikasikan. Tidak sedikit bahaya K3 mengintai dalam setiap perhelatan besar.
 
Misalnya, potensi terjadinya kekurangan oksigen dan sesak napas, keracunan dari jajanan yang tidak bersih, terjatuh karena permukaan tinggi, struktur bangunan kurang kokoh dan runtuh. Lalu, kekacauan dan anarkis karena kekecewaan atas kondisi pertunjukan atau perlombaan, termasuk potensi kebakaran, gempa bumi, dan banjir. Serta masih banyak lagi potensi bahaya yang harus dikendalikan oleh event organizer.
 
Mila menyebut sebagai pembelajaran, Crowd Management Plan harus ditunjukkan kepada pemerintah setempat guna mendapatkan izin penyelenggaraan suatu event. Dia mengatakan tanpa Crowd Management Plan, besar kemungkinan tragedi-tragedi perhelatan besar menjadi tidak terelakkan dan tentunya tidak diinginkan.
 
Ahli keselamatan kerja Departemen K3 FKM Universitas Indonesia Zulkifli Djunaedi menuturkan pertandingan sepak bola sejatinya adalah pertandingan rakyat dan pesta rakyat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang seringkali dihadiri massa mencapai ribuan orang. Hal itu berpotensi merenggut nyawa manusia tanpa ada induksi keselamatan, sistem, prosedur, sarana dan prasarana K3.
 
“Tidak memadainya fasilitas dan sarana emergency menjadi faktor kritis pada kejadian multiple fatalities tersebut. Apakah prosedur emergency response disiapkan oleh panitia? Kenapa gas air mata digunakan dalam meredam amukan massa, padahal sudah jelas dalam regulasi FIFA Nomor 19 bahwa gas air mata dan senjata tajam tidak boleh digunakan dalam pengamanan massa di stadion,” papar dia.
 
Dalam rangka menjamin keselamatan masyarakat sangat diperlukan sebuah sistem dan prosedur keselamatan. Hal tersebut dapat dimulai dari kajian risiko keselamatan, manajemen risiko, hingga prosedur keadaan darurat.
 
Perlu diidentifikasi juga berbagai risiko yang mungkin dihadapi ketika dalam pertandingan sepak bola. Langkah selanjutnya, melakukan penyusunan manajemen risiko agar kecelakaan terhindari, terminimalisir, hingga tidak terjadi.
 
“Termasuk di dalamnya ada tindakan seperti apa saja yang harus dilakukan saat terjadi keadaan darurat seperti di Stadion Kanjuruhan beberapa hari lalu,” ujar Ahli keselamatan kerja Departemen K3 FKM UI dan juga Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) UI Fatma Lestari.
 
Tragedi Kanjuruhan harus diinvestigasi mendalam secara independen dengan melibatkan semua unsur, termasuk ahli K3, ahli kedaruratan, perancang stadion, dan pihak lainnya. Hasil investigasi dan pembelajaran terpetik dari tragedi tersebut harus disosialisasikan agar kecelakaan serupa dapat dicegah dan menjadi pembelajaran bersama.
 
Fatma juga mengingatkan pecinta sepak bola untuk selalu mematuhi aturan dan prosedur keselamatan di stadion. Dia meminta untuk menghindari berbagai tindakan berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
 
“Ketahui prosedur keadaan darurat dan rute evakuasi stadion di mana Anda menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung,” kata Fatma.
 

 

(REN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *