Kemaren Naek Dikit, Eh Pas Dibuka Rupiah Malah Merosot Banyak ke Rp15.239/USD

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan menjelang akhir pekan ini kembali mengalami pelemahan, padahal saat penutupan kemarin sudah mulai merangkak naik meski tipis.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 7 Oktober 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.239 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 52 poin atau setara 0,34 persen dari posisi Rp15.187 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.222 per USD hingga Rp15.243 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 6,85 persen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah merosot di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Rupiah bertengger di posisi Rp15.235 per USD, turun sebanyak 50 poin atau 0,32 persen dari Rp15.185 per USD.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
 
“Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.170 per USD hingga Rp15.230 per USD,” jelasnya.
 

 
Pelemahan ini didorong oleh sentimen kenaikan dolar AS setelah seorang pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bank sentral AS belum mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.
 
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan siklus pengetatan kebijakan AS masih dalam masa-masa awal, dan memperingatkan secara eksplisit agar tidak bertaruh pada ‘poros’ awal.
 
“Peringatan itu menjadi lebih penting setelah OPEC dan sekutunya (terutama Rusia) bertindak untuk menjaga harga minyak tetap tinggi dengan mengumumkan pemotongan besar dalam produksi mereka mulai bulan depan. Harga energi yang tinggi telah menjadi salah satu kekuatan terkuat yang mendorong gelombang inflasi global selama setahun terakhir,” paparnya.
 
Bostic bukan satu-satunya pejabat Fed yang menolak spekulasi pada poros, dengan Mary Daly dari San Francisco membuat komentar serupa pada dua kesempatan minggu ini saja. Meskipun ada penurunan besar dalam lowongan pekerjaan yang menunjukkan beberapa pendinginan di zona merah pasar tenaga kerja yang panas.
 
“Fokus sekarang beralih ke data nonfarm payrolls AS yang akan datang pada Jumat untuk mengukur kekuatan pasar pekerjaan,” pungkas Ibrahim.
 

(HUS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *