Sulit Ditertibkan, Pengawasan Truk ODOL Disarankan Lewat Teknologi

Jakarta: Permasalahan kecurangan dalam pengukuran muatan material truk tak jarang masih banyak ditemukan di Tanah Air. Masalah ini mengakibatkan muatan truk melebihi batas atau Over Dimension Over Load (ODOL) sehingga berdampak pada kerusakan jalan, kemacetan, sampai kecelakaan lalu lintas. 
 
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan muatan truk yang seharusnya hanya boleh melebihi 5 persen dari kapasitas muatannya. Namun faktanya, kenyataannya banyak lebih hingga 100 persen membawa lebih dari batas angkut yang ditentukan. 
 
Imbasnya, kerusakan jalan karena truk ODOL terus saja terjadi. Penertiban truk-truk ODOL nyatanya tidak efektif. Mereka tidak jera karena marak terjadinya kecurangan di jembatan timbang sehingga truk-truk ODOL bisa leluasa melintas. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Seperti pengukuran secara konvensional oleh operator, hasil data masih bisa dimanipulasi oleh berbagai pihak. Dalam prosesnya pun juga membutuhkan waktu yang lebih lama dan tidak terukur dengan tepat. 
 

Salah satu solusi mengatasi truk ODOL dengan penerapan teknologi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang biasa digunakan pada industri konstruksi, pertambangan, dan manufaktur. Salah satu produknya adalah pemindai muatan (load scanner)
 
Load Scanner merupakan teknologi pengukur muatan material pada truk konstruksi yang menggunakan teknologi vision intelligence atau kecerdasan mata buatan yang dapat mengukur jumlah muatan secara otomatis menggunakan scanner LiDAR. Pada prosesnya akan jauh lebih cepat dan akurat. 
 
Tidak hanya itu, Load Scanner dapat melakukan pencatatan hasil perhitungan muatan material secara terkini atau real time divisualisasikan dalam bentuk dashboard. Sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan. 
 
“Widya Load Scanner ini sudah mengalami berbagai penyesuaian dan peningkatan kualitas hingga sampai pada bentuk terbarunya yaitu Widya Load Scanner Portable yang dapat dengan mudah dipindahkan dan dibawa kemana saja” jelas Marketing Officer Widya Robotics Dela Aditya Paramita, di Jakarta, Sabtu, 8 Oktober 2022.
 
Dela melanjutkan, cara penggunaannya juga tidak terlalu sulit, truk bermuatan material menuju ke area pengukuran untuk diukur volume material yang diangkut menggunakan LiDAR. Pada tahap pertama pengukuran bruto, operator akan mencetak tiket untuk verifikasi saat pengukuran kemudian truk dapat menurunkan isi material. 
 
Truk yang sudah kosong akan diukur kembali melalui Load Scanner, pada tahap kedua pengukuran tara tiket digunakan untuk mencari data scan bruto sebelumnya. Sehingga ketika data bruto dan tara digabungkan dari sistem akan mengkalkulasi data neto atau total hasil akhir volume material. 
 
Load Scanner sendiri sudah  diproduksi dari awal 2020 dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebagian besar. Seperti sistem, perangkat lunak, teknologi, dan komponen lainnya. Hanya komponen laser pemindai yang masih didatangkan dari Eropa. 
 
Hasil akurasi dari Widya Load Scanner sendiri mencapai 98,5 persen dengan waktu pengukuran cukup dalam satu menit saja. Sehingga dalam satu hari bisa menghitung sampai 100 truk material konstruksi. Harganya pun 50 persen lebih murah dari produk luar negeri sejenis. Serta sudah dibuktikan penggunaannya di berbagai daerah di Indonesia.
 
“Untuk Widya Load Scanner sendiri sudah digunakan di proyek konstruksi BUMN di Purwakarta, Makassar, Cirebon, Balongan, Sumatera dan Malang. Tidak hanya menyasar pasar nasional Widya Load Scanner juga menyasar pasar internasional yakni perusahaan swasta Yangon, Myanmar” ungkap Dela. 

 

(WHS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *