Pengaman KTT G-20 di Bali Dilakukan Secara Preventif

Jakarta: Indonesia menjadi Presidensi G20, forum kerja sama ekonomi 20 negara utama dunia. Periode Presidensi Indonesia berlangsung selama satu tahun, mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. 
 
Dalam persiapan KTT G20, pengamanan terus dilakukan sebagai upaya memberikan keamanan dan kenyaman bagi para tamu delegasi dari berbagai negara. Upaya persiapan pengamanan dilakukan sebagai langkah preventif dalam menyambut persiapan KTT G20 di Bali. 
 
Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menyebut bahwa pengamanan terus dilakukan sebagai upaya memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para tamu sebagai langkah preventif. Pengamanan akan dilakukan secara serius namun akan tetap bersifat humanis. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Pengamanan dilakukan secara serius dan penuh kewaspadaan, namun tetap ramah,” kata Wawan dalam siaran pers, Sabtu, 8 Oktober 2022.
 
Seperti diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) Bali 2022 akan dilaksanakan pada 15-16 November mendatang. 

Kawasan prioritas

Wawan menyebutkan beberapa persiapan pengamanan akan dilakukukan pada lima kawasan prioritas yaitu, Seminyak, Jimbaran, Nusa Dua Utara, Nusa Dua Selatan dan Sanur. Semua kegiatan delegasi maupun presiden akan berlangsung di lima lokasi itu. 
 

 
Pengamanan juga akan dilakukan pada sejumlah fasilitas dan sarana yang digunakan sebagai keluar masuknya wisatawan menuju Bali seperti Bandara I Gusti Ngurah Rai, Pelabuhan Padangbai, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk hingga Pelabuhan Celukan Bawang.
 
“Pelabuhan kecil (tradisional) yang berpotensi menjadi tempat masuknya para pelaku kejahatan juga dipantau,” lanjutnya. 
 
Tidak hanya pengamanan yang dilakukan secara fisik, beberapa tindakan preventif juga dilakukan seperti tindakan pencegahan bencana alam dan tindakan pencegahan dari ancaman kejahatan siber. Seluruh kesiapan baik kesehatan, infrastruktur, logistik, protokoler dan keamanan akan terus dipersiapkan guna memperoleh hasil maksimal. 
 
“Kewaspadaan juga dilakukan terhadap bencana alam dan ancaman yang tidak tampak seperti serangan siber,” ujar Wawan.
 

(END)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *