SuaraBandung.id – Rusia melakukan serangan pada Ukraina, Senin (10/10/2022) waktu setempat.
Serangan tersebut berupa 80 rudal yang ditembakan ke kota-kota di Ukraina. Akibat serangan tersebut banyak warga sipil yang tewas dan mengalami luka-luka.
Bahkan Presiden Ukraina menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan kejahatan mutlak karena menyerang warga sipil.
Serangan itu dilancangkan Rusia sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh intelijen Ukraina melakukan apa yang dia klaim sebagai “serangan teroris” di Jembatan Krimea.
Baca Juga:Dipuji, Persib Bandung Terus Benahi Sistem Penyelenggaraan Laga Kandang
Putin mengatakan “intelijen Ukraina” berada di balik ledakan 8 Oktober yang merusak jembatan strategis yang menghubungkan Rusia dengan semenanjung Krimea.
Dilansir dari AFP pada Selasa (11/10/2022), jembatan Krimea dibangun atas perintah Presiden Rusia Vladimir Putin di atas Selat Kerch itu menjadi satu-satunya penghubung antara wilayah Krimea dengan Rusia.
Ledakan tersebut menyebabkan dua jalur hancur, memperumit rantai pasokan militer Rusia yang sudah terganggu di selatan Ukraina.
Selama perang di Ukraina berlangsung, jembatan Krimea menjadi jalur transportasi utama untuk membawa peralatan militer kepada tentara Rusia yang bertempur di Ukraina, terutama di wilayah selatan, juga mengangkut pasukan Moskow.
Sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, lebih dari 7,6 juta pengungsi Ukraina telah tercatat di seluruh Eropa.
Baca Juga:Libur Usai, Persib Bandung Kembali Jalani Latihan di Tengah Jeda Kompetisi
Sementara hampir tujuh juta orang lainnya telah mengungsi di dalam negeri.