DIY Terancam Cuaca Ekstrem Hingga 12 Oktober

Yogyakarta: Daerah Istimewa Yogyakarta terancam cuaca ekstrem hingga Rabu, 12 Oktober 2022. Stasiun Klimatologi Yogyakarta mendeteksi potensi terjadi curah hujan berintensitas sedang hingga lebat. 
 
“Terjadi anomali suhu muka laut positif wilayah Laut Jawa dan Samudera Hindia selatan Jawa yakni +(1-3) derajat selsius, serta aktifnya gelombang Rossby Ekuator di wilayah pulau Jawa dan didukung adanya diperkirakan wilayah belokan angin yang dapat menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, Senin, 10 Oktober 2022. 
 
Ia mengatakan ancaman cuaca ekstrem itu terjadi di beberapa titik. Ancaman cuaca ekstrem bisa terjadi di Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo bagian utara, dan Bantul bagian utara hari ini. Keesokan harinya, potensi cuaca ekstrem diperkirakan ada di Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Bantul bagian utara, dan Gunungkidul bagian utara.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Tanggal 12 Oktober 2022, potensi cuaca ekstrem ada di Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo bagian utara, Bantul bagian utara, dan Gunungkidul bagian utara,” ujarnya. 
 

Pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode tiga hari ke depan. Cuaca ekstrem tersebut potensial menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana. 
 
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Agus Yuli Herwanto, mengatakan bencana alam akibat cuaca ekstrem telah terjadi di wilayahnya pada pekan lalu. Ia menyebut ada 47 titik bencana alam pada 3 Oktober 2022. 
 
“Sebanyak 47 titik bencana itu, yakni pohon tumbang 8 titik, gerakan tanah 35 titik, genangan, 2 titik, jembatan amblas satu titik, dan bangket jebol satu titik,” kata dia. 
 
Agus menambahkan jajarannya telah dengan intens berkoordinasi dengan berbagai lapisan masyarakat memantau cuaca dan kondisi lingkungan, khususnya daerah rawan bencana. Menurut dia, sejumlah perlengkapan telah disiagakan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
 

(NUR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *