Polri Ingin Memberikan Kesan Keamanan Indonesia Standar Dunia di Momentum KTT G20 Bali

Bali: Kepolisian RI terus bekerja melakukan pengamanan menjelang kegiatan puncak konferensi G20 di Bali pada 15-16 November mendatang. Operasi pengamanan ini merupakan yang terbesar di tahun 2022.
 
Polri menerjunkan 9.929 personel khusus yang disebar di tiga provinsi, yakni Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Polri menjaga semua pelabuhan besar dan bandar udara.
 
Para petugas disiagakan untuk mencegah niat dan kesempatan tindakan kejahatan. Operasi ini dilakukan terpusat untuk mengatasi sejumlah potensi ancaman yang bersifat teror, siber dan lain sebagainya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kita ingin Bali benar-benar menjadi area yang steril dari segala bentuk ancaman gangguan sekecil apa pun,” kata Asisten Operasi (Asops) Kapolri Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi dalam program Primetime News Metro TV, Senin 10 Oktober 2022.
 
“Goals (tujuan) kita adalah memberikan kesan yang baik bahwa keamanan di sini (Indonesia) sesuai standar dunia,” imbuhnya.
 
Polri berkoordinasi dan menerapkan keterpaduan operasi dengan melibatkan semua stakeholder terkait, termasuk tim keamanan dari masing-masing negara. Hampir semua negara sudah berkoordinasi dengan Polri.
 
Mereka menanyakan kesiapan pengamanan dan bahkan mereka memberikan masukan terkait teknis pengamanan. Polri bersikap terbuka dan mengadopsi sejumlah sistem keamanan yang disarankan sejumlah negara tersebut.
 
“Kita jadi belajar juga ada hal-hal yang kemudian kita ambil bahwa standar internasional juga kita bisa pegang bisa kita operasionalkan di sini,” ujarnya.
 

Command Center

Operasi besar-besaran ini digelar terpusat dan berbasis peralatan canggih 4.0. Ada command center yang dibuat untuk memantau setiap titik rawan di Bali dan sekitarnya, baiknya yang sifatnya di ruangan khusus atau bergerak dari lokasi satu ke lokasi lain.
 

Setiap pergerakan orang dan kendaraan di Bali dan sekitarnya dipantau secara ketat setidaknya didukung 1.700 CCTV. Penggunaan face recognition juga dimaksimalkan untuk menciptakan efisiensi pengamanan.
 

Penyebaran personel dibagi menjadi tiga ring pengamanan dan lima kluster. Mereka sudah mengetahui tanggung jawab masing-masing dan cara bertindak jika ditemukan ancaman yang datang.
 

Polri menerapkan K3I (komando, kendali, koordinasi dan informasi). Dalam command center ini, pihaknya mengendalikan situasi secara real time, termasuk juga ancaman bencana alam.
 

“Kita siagakan 1.500 Brimob on call untuk mendukung apabila ada bencana yang tidak kita harapkan lengkap dengan semua peralatan dengan dapur umum dan peralatan penyelamatan,” ungkap Agung.
 

Polri bekerjasama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) untuk menerima data terkait ancaman yang datang. Polri tidak ingin ada delay satu detik pun terkait pengamanan ini.
 

“Tidak bisa dalam operasi dalam pengamanan setingkat Presiden, kita ada delay. Kita harus langsung merespons. Tujuan utama adalah menjamin keamanan dan keselamatan melalui command center agar efisien, presisi, tepat dan akurat,” ungkapnya.
 

Agung menegaskan para personel di lapangan disiapkan aplikasi sistem operasi terpadu. Para personel bisa melaporkan semua situasi secara real time ke command center.
 

Pihaknya ingin semua status keamanan di Bali berwarna hijau. Artinya tidak ada gangguan sekecil apa pun. Namun jika ada, petugas bisa memberikan kode laporan merah.
 

“Kalau hanya kegiatan rutin hijau. Kalau ada suatu peristiwa itu merah. Kita lihat situasinya dan kamera akan melaporkan secara live, kita bisa melihat dan mendapatkan informasi lebih detail,” beber Agung.
 

Pelibatan Masyarakat

Polri melibatkan masyarakat setempat untuk mendukung semua rangkaian kegiatan puncak KTT G20. Pasalnya kepala negara, menteri dan delegasi akan hadir di Bali.
 

Meskipun nanti akan ada sedikit pembatasan kegiatan masyarakat, perhelatan ini diyakini sangat positif untuk Indonesia, khususnya Bali. Karena itu, dukungan masyarakat setempat sangat diharapkan. 
 

Pada 26 Oktober mendatang, sekitar 1.000 pendeta akan ikut mendoakan kelancaran event internasional ini. Kemudian para pecalang dilibatkan untuk mengamankan wilayah masing-masing.
 

“Ini adalah pemantik bagi kita semua. KTT G20 memantik dari semua sektor ekonomi sosial, budaya, politik dan sebagainya. Saatnya kita menggunakan pemantik ini sebaik-baiknya,” kata Agung.
 

“Harapan saya semua paham bahwa akan ada lompatan yang luar biasa pasca KTT G20. Tentu kita perlu menyosialisasikan, memahami esensi dari G20 ini dan apa yang kita dapat dari semua pertemuan ekonomi dan sebagainya. Secara makro akan bisa dilihat nantinya. Kita berharap kita semua menjadi tuan rumah yang ramah yang memberikan kesan bagi semua bagi kepala negara sehingga kesan itu membuat semua akan datang lagi ke Bali dan ke Indonesia,” imbuh Agung.
 

 
 

(DHI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *