Ukraina Desak Masyarakat Internasional Hukum Serangan Udara Rusia

New York: Ukraina mengimbau masyarakat internasional pada Senin lalu untuk menghukum serangan rudal mematikan Rusia di ibu kota Ukraina dan beberapa kota lainnya. Selain itu, Ukraina juga mengimbau untuk menolak upaya Moskow untuk menduduki empat wilayah di timur dan selatan Ukraina.
 
“Jejak darah tertinggal dari delegasi Rusia ketika memasuki Majelis Umum dan aula dipenuhi dengan bau daging manusia yang membara,” ujar Duta Besar Ukraina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sergiy Kyslytsya pada pertemuan khusus Majelis Umum PBB, seperti yang dikutip dalam laman VOA News, pada Selasa, 11 Oktober 2022.
 
Kyslytsya kemudian mengatakan bahwa setidaknya 84 rudal dan dua lusin drone telah diluncurkan ke kota-kota di seluruh Ukraina. Hal tersebut tentunya meninggalkan jejak kematian dan kehancuran.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Fasilitas energi, bangunan tempat tinggal, sekolah dan universitas, museum dan persimpangan jalan di pusat kota termasuk di antara target yang kemudian dinyatakan sah oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Seluruh dunia sekali lagi melihat wajah sebenarnya dari negara teroris yang membunuh rakyat kita,” tambahnya.
 
Sesi darurat khusus hari Senin itu memang diadakan untuk membahas apa yang disebut sebagai referendum Rusia dan upaya penggabungan Donetsk dan Luhansk di timur Ukraina, dan Kherson dan Zaporizhzhia di selatan negara itu. Namun, hal tersebut dibayangi oleh serangan udara yang menghujani kota-kota Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, yang sepi sejak Juni.
 
Dari 20 negara yang berbicara, semua negara kecuali Rusia menghukum serangan terbaru. Beberapa bahkan mencatat bahwa Rusia dapat menambahkan kejahatan perang. Sementara itu, utusan Moskow mengatakan serangan pada Senin itu adalah tanggapan atas pemboman pada hari Sabtu di jembatan yang menghubungkan Krimea ke daratan Rusia.
 
“Kami memperingatkan bahwa ini tidak akan dilakukan dengan kebebasan dari hukuman. Ketika Anda melakukan tindakan sabotase ini, ketika Anda membunuh orang-orang yang tidak menguntungkan Anda, rezim Kyiv berada pada level yang sama dengan organisasi teroris yang paling memalukan,” ujar Vassily Nebenzia, delegasi Rusia di PBB.
 
Ukraina sendiri memang dengan kuat menyarankan agen keamanannya melakukan serangan bom truk di jembatan. Namun, mereka belum secara terbuka mengaku bahwa mereka bertanggung jawab.
 
Sementara itu, mengenai ‘referendum’ dan ‘penggabungan’ Kremlin, Nebenzia mengatakan bahwa mayoritas mutlak di empat wilayah mendukung gagasan untuk bergabung dengan Rusia.
 
“Di timur dan selatan Ukraina, warga sipil yang damai sedang sekarat, dan orang-orang di Kherson dan Zaporizhzhia mengetahuinya dengan sangat baik. Dan itulah mengapa mereka memutuskan untuk memilih masa depan bersama Rusia. Saya meminta Anda untuk menghormati pilihan mereka,” ujar Nebenzia.
 
Debat Majelis Umum ini rencananya akan dilanjutkan lagi Rabu pagi, dengan 45 negara lainnya telah meminta untuk mengambil langkah. Di antara mereka, beberapa sekutu Rusia, termasuk Belarusia, Korea Utara, dan Suriah juga meminta pengambilan langkah tersebut. 
 
Sementara, dari teman-teman Rusia di blok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), hanya Tiongkok saja yang memberi isyarat bahwa mereka akan berpidato di majelis. Untuk negara-negara Afrika yang secara khusus tidak hadir dalam debat, hanya Republik Demokratik Kongo yang sejauh ini berencana untuk mengambil posisi.
 
Di sisi lain, Amerika Serikat akan berbicara di akhir debat. Menjelang pertemuan Senin, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken bahkan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada negara dengan prinsip yang dapat tidak tergerak oleh kengerian yang ditimbulkan Rusia di Ukraina.
 
“Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan bahwa tindakan Presiden (Vladimir) Putin sama sekali tidak dapat diterima. Sekarang adalah waktunya untuk berbicara mendukung Ukraina. Ini bukan waktunya untuk abstain, menenangkan kata-kata atau dalih di bawah klaim netralitas. Prinsip-prinsip inti dari Piagam PBB dipertaruhkan,” ujar Blinken.
 
Perdebatan ini sendiri akan memuncak dengan majelis dari 193 negara yang diminta untuk memberikan suara pada resolusi yang diajukan oleh Ukraina dan Uni Eropa yang menghukum dan menolak langkah Rusia untuk menduduki wilayah Ukraina.
 
“Rusia membahayakan perdamaian dan keamanan global. Jika kami tidak menghukum tindakan Federasi Rusia di Ukraina hari ini, maka kami seperti memaafkan serangan terang-terangan serupa di setiap dan semua negara kami besok,” ujar utusan Uni Eropa Silvio Gonzato.
 
Duta besar Rusia sendiri telah mencoba namun gagal berulang kali melakukan manuver prosedur untuk mengubah apa yang akan menjadi suara publik dan tercatat menjadi pemungutan suara rahasia. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
 

(FJR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *