Ekonomi Indonesia Masih Tangguh di Tengah Fluktuasi dan Gejolak Global

Jakarta: Kondisi perekonomian nasional masih mampu memperlihatkan tren penguatan pada berbagai leading indicator di tengah fluktuasi kondisi perekonomian dan gejolak geopolitik global saat ini. Pemerintah pun terus menggenjot upaya pemulihan ekonomi guna memacu pertumbuhan lebih berkualitas di masa mendatang.
 

Meski masih dibayangi dampak lanjutan dari second round effect akibat dorongan kenaikan harga komoditas di tengah upaya pemulihan ekonomi saat ini, namun keberlanjutan capaian penguatan fundamental ekonomi terus ditopang dengan extra effort pemerintah untuk mengelola stabilitas harga dan menjaga daya beli masyarakat.
 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerangkan penguatan ekonomi nasional tersebut terlihat dari adanya peningkatan beberapa indikator pada kuartal II-2022, seperti indikator utama sektor riil yang kian solid dengan adanya pertumbuhan positif dari penjualan ritel dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).







Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?




Selain itu, indikator sektor eksternal yang relatif terkendali dengan adanya surplus neraca perdagangan, tingginya cadangan devisa, dan rasio utang yang berada pada level aman. Meski berbagai tantangan silih berganti, tambahnya, namun patut disyukuri bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh lima persen selama tiga triwulan berturut-turut, termasuk di kuartal II-2022.

“Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target 5,2 persen di 2022, dan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan 5,3 persen. Pertumbuhan ini akan sangat bergantung kepada pengendalian pandemi, respons kebijakan ekonomi yang tepat, dan reformasi struktural,” ucapnya, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 12 Oktober 2022.
 
Airlangga menambahkan peningkatan juga terjadi pada sektor penanaman modal kuartal II-2022 dengan realisasi mencapai Rp302,2 triliun dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 320.534 tenaga kerja. Capaian investasi tersebut berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp163,2 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp138 triliun.
 

“Tingkat resiliensi Indonesia cukup tinggi dan relatif lebih kuat. Kami pun masih mencermati capital flow dari sisi ekuitas masih pada posisi net inflow karena kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Namun saat ini, Indonesia masih harus mewaspadai risiko kenaikan inflasi,” papar Airlangga.
 

Terkait dengan inflasi, Airlangga menyebutkan, inflasi pada September 2022 yang terjadi akibat kenaikan sejumlah harga barang telah mampu diatasi dengan adanya penurunan harga komoditas hortikultura yang turut menjadi shock absorber bagi penanganan inflasi pada sektor pangan.
 

Adapun beragam capaian positif ekonomi tersebut menjadi wujud konkret dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah dilakukan pemerintah dengan mengalokasikan Rp455,6 triliun pada 2022 guna penanganan kesehatan, perlindungan sosial, serta penguatan pemulihan ekonomi.
 

“Program ini akan kembali ke tujuan awalnya di 2023 dengan ditargetkan defisit APBN kurang dari tiga persen, dan anggaran Program PEN akan dimasukkan ke Kementerian/Lembaga masing-masing sesuai kebutuhannya,” pungkasnya.

 

(ABD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *