Tembakan Gas Air Mata di Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Jadi Sorotan, Netizen: Sudah Dilarang 3 Tahun Lalu!

Malang: Kerusuhan yang menyebabkan sebanyak 190 orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, masih menyisakan duka. Netizen atau warganet menyayangkan banyaknya tembakan gas air mata dari aparat keamanan.
 
Firzie A Idris di akun Twitter @firzieidris mengatakan penggunaan gas air mata sebenarnya sudah dilarang saat laga besar pertandingan sepak bola. Dia melihat kemungkinan ada kesalahan prosedur dalam penggunaan gas air mata yang akhirnya memicu kerusuhan dan menewaskan ratusan orang.
 
“Padahal setidaknya sejak tiga tahun lalu polisi sudah tahu untuk tidak menggunakan gas air mata dalam pengamanan laga. Besar kemungkinan ada kesalahan prosedur yang berakibat fatal di Kanjuruhan tadi,” kata Firzie dikutip Medcom.id, Minggu, 2 Oktober 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Akun @akmalmarhali20 juga turut menyoroti penembakan gas air mata. Menurutnya, penembakan gas air mata sebagai salah satu penyebab kerusuhan berubah menjadi malapetaka.
 
“Penembakan gas air mata salah satu penyebab puluhan jiwa tewas di stadion kanjuruhan,” kata akun itu.
 
Duka melanda persepakbolaan Indonesia. Sebanyak 129 orang meninggal dunia dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 
 
Kerusuhan terjadi usai pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022 malam. Kerusuhan dipicu kekalahan tim tuan rumah Arema Malang melawan tim sekota Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
 

Kronologi kejadian

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022 menjelaskan kronologi kejadian kerusuhan. Kerusuhan dipicu oleh kekecewaan suporter tuan rumah.
 
Sesungguhnya, kata Nico, pertandingan di Stadion Kanjuruhan tersebut berjalan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa. Beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
 
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
 

Tembakan gas air mata memperkeruh suasana

Tembakan gas air mata itu ternyata membuat suporter panik. Mereka berlarian sehingga membuat banyak suporter terinjak-injak.
 
Nico menjelaskan penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan itu tidak puas. Selain itu, para suporter yang turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkistis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
 
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” katanya.
 
Baca: Kronologi Meninggalnya 129 Orang saat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
 
Akibat kerusuhan ini, sebanyak 180 orang masih dirawat usai kerusuhan. Ada kemungkinan korban meninggal bisa bertambah.
 
“Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkistis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan,” kata Nico.
 

(UWA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *