Tragedi Kanjuruhan Momentum Pembenahan Industri Sepak Bola

Jakarta: Legenda futsal Indonesia, Vennard “Veve” Hutabarat berpendapat bahwa tragedi Kanjurahan menjadi momentum pembenahan industri sepak bola Tanah Air. Sebab, insiden yang menewaskan ratusan orang itu dianggap juga sebagai rangkaian dari buruknya kualitas penyelenggaraan berbagai pertandingan sebelumnya.
 
“Faktor utamanya ada pada prosedur pengamanan, tidak hanya di pertandingan itu (Arema FC vs Persebaya), tapi mungkin kemarin itu sudah akumulasi dari beberapa pertandingan lainnya, termasuk di kompetisi Liga 2. Artinya apa, jangankan kompetisi Liga 1, Liga 2 pun sama, semua SOP-nya itu tidak jelas,” ujar Vennard.
 
“Jadi kalau dari sisi pemain, agar merasakan kenyamanan saat bermain sepak bola, tentunya SOP dari segi pengamanan itu lah yang harus lebih diutamakan,” tambahnya.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pria kelahiran 2 Mei 1974 itu juga menyoal tentang sistem tiket yang diterapkan jelang laga, termasuk di berbagai pertandingan sepak bola lain di Indonesia. Menurut Veve, terlepas dari kejadian di stadion Kanjuruhan, para Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan atau klub bisa mulai menerapkan sistem online ticketing karena itu bisa sangat berpengaruh bagi tim maupun penonton.
 
Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahjono, juga sepakat bahwa tragedi Kanjuruhan bisa dijadikan momen untuk memperbaiki mekanisme pertandingan. Dia bahkan menyebutkan, Persib telah memberlakukan mekanisme sistem pertandingan secara ketat sejak bergulirnya Liga 1  Indonesia 2022–2023, meliputi sistem penjualan tiket yang 100 persen secara online dengan verifikasi komprehensif.
 
“Dari setiap pembelian tiket yang dilakukan, mereka wajib memiliki KTP sebagai tanda pengenal dan juga sudah melakukan vaksinasi booster. Selain itu sebelum masuk ke area stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Persib juga telah menerapkan mekanisme penukaran gelang penanda ditambah dengan pemeriksaan keamanan yang menggunakan metode 4 ring untuk memaksimalkan aspek keamanan,” jelas Teddy. 
 
Tentunya dalam proses perbaikan mekanisme sistem pertandingan ini tidak semua pihak bisa langsung menerimanya. Namun, Teddy meyakini bahwa ini semua dapat diterapkan dengan baik dan efektif, karena ini merupakan upaya untuk menciptakan iklim pertandingan yang nyaman dan aman demi semua pihak.

 

(KAH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *