Ini Usia Paling Banyak Terserang BDB, Dinkes Sumedang Imbau Jaga Kebersihan Lingkungan

SuaraSumedang.id – Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumedang, Reny K. Anton menyebut usia paling banyak terserang demam berdarah dengue (DBD) yakni di usia produktif.

Berdasarkan laporan yang diterima Dinkes Kabupaten Sumedang, terdapat usia 15-44 tahun menjadi yang terbanyak terserang kasus BDB.

“Di usia 15-44 tahun banyak aktivitas yang dilakukan orang di luar rumah, seperti sekolah maupun di tempat kerja, sehingga sangat dimungkinkan adanya serangan DBD melalui gigitan nyamuk,” kata Rendy, pada Selasa (11/10/2022).

Tak hanya itu, Rendy mengatakan karena banyaknya aktivitas yang dilakukan pada usia 15-44 tahun bukan tidak mungkin daya tahan tubuh juga menjadi berkurang, sehingga rentan terhadap serangan penyakit.

Baca Juga:Pengguna Jalan Tol Cisumdawu Bisa Menikmati Keindahan Gunung Tampomas Sumedang

Oleh karena itu, demi menghindari serangan BDB kebersihan lingkungan menjadi satu di antara upaya yang terbilang efektif dalam pencegahan DBD.

“Galakan kembali kegiatan Jumat bersih atau apapun kegiatannya guna memberantas sarang nyamuk, karena dengan lingkungan yang bersih, dan tidak membiarkan genangan air maka nyamuk tidak bisa berkembang biak,” ucapnya.

Sebelumnya, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan pada tahun 2022 ini dibandingkan 2021 lalu.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumedang jumlah kasus DBD pada tahun 2022 dari Januari-September total ada 1468 kasus dengan jumlah kematian 14 orang.

Menurut Reny K. Anton jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2021 lalu.

Baca Juga:Hari Libur Nasional, dan Cuti Bersama 2023 Ditetapkan Pemerintah Sebanyak 24 Hari

“Pada tahun 2021 lalu total ada 1331 kasus dengan jumlah kematian 15 orang,” ucap Rendy, Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, dari 14 kematian akibat DBD tahun ini tersebar di beberapa daerah, yakni Kecamatan Jatinangor, Tanjungsari, Sumedang Selatan, Sumedang Utara, Cimalaka, Cisarua, dan Jatinunggal.

“Penyebab kematian akibat DBD ini karena pasien terlambat mendapatkan penanganan medis,” kata Reny.

Lebih lanjut, Reny mengatakan, rata-rata pasien meninggal dunia kaibat DBD dibawa ke rumah sakitnya setelah syok, dan sulit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

“Untuk itu, bila ada tanda-tanda DBD seperti demam, dan juga ada bintik-bintik merah di tangan sebaiknya langsung diperiksakan ke fasilitas kesehatan,” ujarnya memberi imbauan.

Sumber:Pemkab Sumedang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *