Waduh! Seluruh Negara Harap-harap Cemas soal Ancaman Krisis Pangan

Jakarta: Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan saat ini seluruh negara, khususnya anggota G20, mencemaskan adanya ancaman krisis pangan akibat fenomena iklim, pandemi covid-19, dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Hal ini dirasa sangat perlu direspons lebih serius dalam menghadapi tahun yang akan datang yang diprediksi akan menjadi tahun suram.
 
“Oleh karena itu, pertemuan Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM) ini menjadi sangat strategis dan ditunggu respons balik yang lebih efektif di masa yang akan datang,” ungkapnya dalam Konferensi Pers G20 Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM), Rabu, 12 Oktober 2022.
 
Lebih lanjut, Syahrul mengatakan pandemi covid-9 telah berdampak pada pembatasan pergerakan barang dan jasa tingkat lokal, regional, dan global. Jalur logistik distribusi pangan juga telah terdampak sangat serius.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Beberapa dampak yang dirasakan ialah harga pangan yang naik signifikan, harga pupuk juga menjadi masalah, ongkos produksi meningkat, dan beberapa negara memberlakukan proteksi stok nasional. “Ini mengakibatkan ketidakseimbangan sistem pangan global,” kata Syahrul.
 
Sebagai bagian dari komunitas global, G20 berkomitmen untuk menyediakan pangan dan gizi penting bagi semua orang, membangun ekonomi inklusif dan berkelanjutan, serta tidak membiarkan satu orang pun tertinggal di belakang.
 
Syahrul menegaskan, kelompok kerja pertanian G20 berkomitmen untuk memastikan ketahanan pangan dan gizi bagi semua melalui keseimbangan produksi pangan, kepastian dan keadilan perdagangan pangan, serta pertanian lintas batas negara.
 

 
Pertemuan JFAMM juga telah menghasilkan komitmen Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 untuk menghadirkan solusi bersama dalam bentuk skema pendanaan global untuk penanganan tiga isu prioritas sektor pertanian dan pangan.
 
Tiga isu tersebut di antaranya, mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan; mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, transparan, dan nondiskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua; serta mempromosikan kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan kehidupan petani di pedesaan.
 
“Ketiga isu ini saling berkaitan satu sama lain dan menjadi perhatian semua negara di dunia untuk melanjutkan tujuan berkelanjutan,” tegas Syahrul.
 
Menghadapi dampak pandemi yang belum berakhir, perubahan iklim dan tensi geopolitik, Syahrul menekankan perlu strategi yang tepat. Beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh seluruh negara di dunia ialah meningkatkan kapasitas produksi utama komoditas pangan yang berdampak pada inflasi, menurunkan importasi atau substitusi impor, dan meningkatkan perdagangan global atau ekspor.
 
“Pangan adalah human rights. Oleh karena itu, jangan sampai ada barrier antar negara untuk menjamin ketersediaan distribusi, akses dan keterjangkauan pangan bagi semua. Maka dari itu penanganan harus dilakukan bersama,” pungkasnya.

 

(HUS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *